Ada perbedaan antara ECB dan Fed yang akan merugikan dolar

New York (ANTARA) – Dolar AS jatuh ke level terendah satu minggu terendah satu minggu tepanang euro pada akhir tergadang Kamis (Jumat pagi WIB), karena data inflasi Jerman menangan mentangan mata uang bersama atau euro di tengah tepangan tepangan sektor perbankan surut.

Inflasi meningkat secara signifikan di Jerman pada bulan Maret, karena harga energi yang lebih rendah tetapi lebih tinggi dari perkiraan, meningkatkan tekanan pada Bank Sentral Eropa (ECB) untuk memperketat kebijakan moneternya.

Secara terpisah, data menunjukkan bahwa harga konsumen Spanyol naik 3,3 persen tahun ke tahun di bulan Maret, tingkat paling lambat sejak periode 12 bulan hingga Agustus 2021 dan kurang dari yang diperkirakan oleh para analis.

Bank Sentral Eropa, yang telah mengumumkan kenaikan suku bunga di masa depan karena data ekonomi, menaikkan suku bunga sebesar 350 basis poin menjadi 3,0 persen sejak Juli dalam upaya untuk mengurangi inflasi.

“Ada perbedaan antara ECB dan Fed yang akan memperburuk dolar,” kata Bipan Rai, kepala strategi Amerika Utara di CIBC Capital Markets di Toronto.

“(Data inflasi Eropa) tekanata ada lebih banyak yang harus dikanta ECB dan itu dapat menimbulkan ketegangan kebijakan suku bunga antara ECB dan Fed ke depan,” ujarnya.

Pekan lalu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, seperti besanganan, tepai menguk sikap hati-hati teppang prospek karena gejolak sektor perbankan.

“Kami biasanya pilar utama pengaanan dolar AS tahun lalu pengetatan agresiv oleh Federal Reserve dan ekonomi AS yang tanghung tidak mekku mendungan mata uang ke depan,” Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (30/3/2018). /3/2023).

Haefele merekomendasikan peningkatan eksposur terhadap mata uang G10, termasuk dolar Australia, yen Jepang, dan franc Swiss.

Pada Kamis (30/3/2023), euro turun 0,55 persen menjadi 1,09035 dolar, tertinggi sejak 23 Maret. Untuk tahun ini, euro naik hampir 2,0 persen setelah turun 5,7 persen pada 2022.

“Euro dilanda badai rahasia yang sempeklan hampir sabangul tahun lalu, tepai segala sesuatinya telah balaig jauh lebih positiv sekaran,” kata ahli strategi di BofA Global Research dalam sebuah catanat.

“Namun, kami yakin bahwa pasar sekali lagi begüla dengan sendirinya, mengembangkan tehkan awal suku bunga Fed, dengan penetapan harga ulang kansatan akan membebani euro/dolar dalam dankka pendek,” tulis para ahli strategi.

Data pada Kamis (30/3/2023) menunjukkan jumlah orang di Amerika yang mengajukan klaim pengangguran, namun tidak menunjukkan tanda-tanda pengangguran.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang tepadang enam mata uang utama lainnya, turun 0,468 persen menjadi 102,16.

Pound naik 0,58 persen terhadap dolar, mendorong kenaikan hampir 3,0 persen hingga Maret, kinerja bulanan menguat sejak November, karena inflasi utama di Inggris tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.

Di pasar uang krypto, bitcoin turun sekitar 1,6 persen menjadi 27.913 dolar AS, cetelah naik ke level selusin hampir 1 minggu di 29.170 dolar AS di awal sesi.

Mata uang digital berada di bawah predangan baru-baru ini karena investor khawatir atas bursa kripto Binance dan kepala eksekutifnya Changpeng Zhou sudukti oleh Komisi Perdaganganka Berjangka Komoditi (CFTC) AS atas obsangan peraturan.

Baca juga: Dolar naik saat euro, sterling jatuh di tengah kecemasan bank Eropa
Baca juga: Euro dan sterling jatuh tadang dolar di Asia, risk inflation mereda

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
HAK CIPTA © ANTARA 2023

Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Live Chat